Kamis, 08 Desember 2016

Nama Asam Pedas Berdasarkan Asal Daerah


Jika kita perhatikan, asam pedas ternyata memiliki banyak keunikan. Selain rasa yang menggoda selera, varian bumbu dan jenis ikan yang digunakan juga menarik untuk diketahui. Selain itu asam pedas ternyata memiliki nama berbeda di beberapa daerah di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, meski belum dipastikan daerah asal masakan asam pedas, menu masakan ini disebut-sebut sebagai masakan khas Melayu dan Minangkabau. Kemudian menyebar ke beberapa daerah lain.
Ikan Asam pedas khas Pontianak Pondok Ale Ale
Ikan Asam pedas khas Pontianak Pondok Ale Ale
Di beberapa derah di Indonesia, masakan ikan asam pedas dijadikan sebagai makanan khas. Sejumlah rumah makan dan restoran juga menjadikannya sebagai menu andalan. Tidak hanya di negeri sendiri, masakan tradisional itu juga menjadi favorit di Negara tetangga. Bahkan ada yang mengatakan bahwa sangat mudah untuk menemukan masakan ini di sana. Sebab hampir semua kedai kakanan menyediakannya.
Menu asam pedas menjadi makanan khas di beberapa derah karena racikan bumbu yang berbeda. Maka dari itu asam pedas dikaitkan dengan sebuah daerah, misal ikan asam pedas Pontianak, artinya masakan asam pedas khas dari Pontianak. Meski sama-sama mengusung nama asam pedas, nyatanya rasa masakan di tiap-tiap daerah berbeda. Itu disebabkan racikan bumbu yang disesuaikan dengan daerah masing-masing.
Tidak hanya itu, nama asam pedas di beberapa daerah ternyata juga berbeda. Berikut adalah beberapa sebutan asam pedas di beberapa daerah.
Ikan Asam pedas khas Pontianak Pondok Ale Ale
Ikan Asam pedas khas Pontianak Pondok Ale Ale
Asam Pedas 
Dalam Bahasa Melayu, masakan yang berbahan dasar ikan ini disebut dengan asam pedas. Itu karena cita rasa dari kuahnya yang asam dan pedas, serta sedikit manis. Masakan ini dikenal sebagai masakan asam pedas di daerah Kepulauan Riau, Jambi, dan Semenanjung Malaya. Ikan yang digunakan biasanya adalah ikan ikan tongkol, kakap, gurame dan cumi-cumi.
Asam Padeh
Lain halnya dengan Melayu, dalam Bahasa Minangkabau masakan ini dikenal dengan sebutan asam padeh. Karena rasanya yang enak dan modah untuk menemukan bahan-bahan pembuatannya, makanan yang satu ini sangat mudah ditemukan hampir di semua rumah makan padang yang ada di Indonesia. Biasanya dihidangkan dengan tambahan yang berbeda-beda, sesuai dengan menu yang telah disiapkan oleh koki di rumah makan tersebut.
Asam Keueng
Di Aceh, masakan asam pedas dikenal dengan nama asam keueng. Berbeda dengan beberapa daerah lainnya, di sini asam pedas atau asam keueng tidak menggunakan sayuran. Masyarakat setempat lebih suka menggunakan ikan tongkol sebagai bahan utama dalam memasak asam keueng.

Ikan Asam pedas khas Pontianak Pondok Ale Ale
Ikan Asam pedas khas Pontianak Pondok Ale Ale
Nah itulah beberapa sebutan asam pedas di beberapa daerah yang berhasil dirangkum dalam tulisan ini. Harapannya semoga kita tidak salah saat ingin memesan menu asam pedas ketika berada di daerah lain. Ada yang punya sebutan lain? Ayo bagikan kepada kami.

Ingin coba yang asli Pontianak? mampir dan langsung icip ikan asam pedas khas Pontianak di Pondok Ale Ale sungguh menyenangkan. Lokasi santap yang luas dan bebas untuk memilih lokasi duduk yang nyaman membuat saya lebih leluasa. Silakan melakukan reservasi (0561) 740 789 atau datang langsung ke Jalan Putri Candramidi (Podomoro) no 10 pontianak atau bisa juga datang ke Pondok Ale Ale di A Yani Mega Mall Pontianak.
Read More

Sabtu, 23 Juli 2016

Pedas Berkeringat Di Ayam Geprek Moerni Sari

Saat flu melanda, hidung sedikit tersembat dan leher agak perih biasanya saya akan memilih makanan yang punya citarasa tajam dan memancing metabolisme tubuh bekerja lebih cepat sehingga mengeluarkan keringat banyak. Otomatis tidak perlu berbaring sembari berselimut tebal diatas tempat tidur. Prinsipnya sederhana, perut kenyang, nafsu makan kembali, badan berkeringat dan flu pun hilang. Tidak ada kata lain! Makanan super pedas selalu jadi sahabat setia bagi yang sedang Flu.

Dari hasil keponisasi dijejaring sosial, ternyata menu ayam geprek Murni Sari dengan level pedas meledak sedang menjadi topik hangat. Lokasinya berada di Jalan Penjara di Gang Beringin. Masuk saja hingga ke bagian tengah jalan sembari melihat satu rumah makan dengan lokasi parkir yang tumpah ruah dijalan. Ada spanduk kuning sepanjang beranda warung yang berwarna kuning mencolok. Selain sebagai pemberi tanda juga menutupi sebagian warung dari tempias panas jalanan.

Saat saya datang, motor harus parkir nebeng di halaman tetangga, warung ini boleh terbilang kecil. Hanya mengandalkan halaman dan dua ruangan kecil hasil modifikasi kamar dari dalam rumah. Selain tempat tamu untuk makan, lokasi ini juga sebagai dapur dan tempat meracik makanan dan minuman sekaligus kotak display menu yang disediakan disini. Saya menghitung hanya ada 10-12 meja yang mampu menampung 3-4 orang yang terbagi di halaman dan ruangan. Saya datang bertiga dan terasa sangat sempi untuk duduk dan meja yang terlalu penuh untuk pesanan makanan dan minuman.

Saya sarankan jangan datang pada saat makan siang, Tempat ini sangat penuh dan antriannya luar biasa. Walaupun langsung dilayani tapi pemesanan hingga kedatangan makanan dan minuman bisa mencapai 30-45 menit bahkan teman saya punya pengalaman hingga lebih dari 1 jam. Tantangan banget kan? Dan tentu membuat penasaran!. Menu disini standar sekali, Ayam geprek, tempe tahu geprek dan sup sayuran. Minumannya hanya teh es dan air putih. Kita bebas memilih berapa banyak cabe yang mau ditambahkan kedalam geprek yang kita pesan. Mau level cabe yang hanya membelai sampai level menendang.

Karena berdekatan dengan dapur, udara disini cukup panas ditambah makanan yang pedas membuat keringat mengucur deras sempurna. Pesanan saya kali ini adalah ayam geprek dada sepaket dengan nasi dan 3 buah tahu geprek dengan cabe 15 alias lever syuper pedas. Menunggu dengan sabar sembari lapar bukan hal yang mudah. Semua makanan saya datang berbarengan. Aroma cabe, terasi dan bawang putih yang tajam langsung menyeruak. Rupanya ayam digoreng di balut dengan tepung baru kemudian digoreng setelah itu baru bumbu seperti cabe rawit, cabe merah, bawang putih, terasi, gula dan garam ditumbuk kasar lalu kemudian ayam dan tahu ditumbuk bersama hingga sedikit hancur.

Nasi putih saya suapkan perlahan dengan ayam geprek ini. Rasa lazim yang sering saya temukan di sambel tempe buatan nenek langsung memenuhi rongga mulut, bedanya ini ada tambahan rasa terasi yang cukup kuat. Pedasnya langsung membuat mata merah dan keringat tanpa mampu di tahan mengucur perlahan-lahan. Walaupun pedas saya selalu merindukan rasa ini. Rasa bawang putih yang kencang sangat memperkaya rasa. Tidak ada perbedaan rasa dengan tahu geprek, sama sama membuat mata melotot. Semakin pedas, semakin nikmat dan semakin sering menyuapkan nasi putih.

Saya juga mencoba menambahkan kecap manis ke dalam ayam dan tahu geprek saya, ternyata rasanya semakin gurih karena ada rasa manis tambahan. Enak dan membuat rongga mulut saya berdesis pedas kenikmatan. Dua gelas teh es ternyata mampu menetralisir rasa pedas ini diakhir suapan saya. Wajar jika penggila pedas suka rela antri berjam-jam disini. Sensasi pedasnya memang mampu mengguncang jiwa penikmat cabe. Apalagi dengan harga murah meriah, Ayam plus sepitring nasi hanya dibanderol Rp 14.000,- Tahu dan tempe goreng hanya Rp 2000,- sementara semangkuk sup sayuran dihargai hanya Rp 5000,-

Jika saya harus memberi nilai untuk warung sederhana ini dari 1-10 maka nilai 7,5 saya sematkan. Sayang lokasi makan ditempat kurang nyaman. Semoga ke depan tempat ini bisa lebih memanjakan pelanggannya. Senang sekali bisa terus berpetualang mendukung rumah makan seperti ini. Saya mendukung kuriner lokal yang sederhana. Mari rayakan kenikmatan kuliner Indonesia sembari mendukung ekonomi kerakyatan.


NB *Saat ini bermunculan banyak sekali ayam geprek dimana mana
Read More